Apa itu Devisa Spread?
Spread valuta asing (atau bid-ask spread) mengacu pada perbedaan harga bid dan ask untuk pasangan mata uang tertentu. Harga penawaran mengacu pada jumlah maksimum yang bersedia dibayar oleh pedagang valuta asing untuk membeli mata uang tertentu, dan harga permintaan adalah harga minimum yang bersedia diterima oleh pedagang mata uang untuk mata uang tersebut.
Bagaimana Cara Menghitung Spread Valuta Asing?
Spread valuta asing biasanya dinyatakan sebagai persentase, dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
Sumber : CFI
Di mana:
Ask Price – Mengacu pada harga terendah yang bersedia dijual oleh dealer mata uang untuk unit mata uang
Bid Price – Mengacu pada harga tertinggi yang bersedia dibeli oleh trader mata uang untuk unit mata uang
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selisih Devisa
Ada sejumlah besar faktor yang dapat mempengaruhi besarnya bid-ask spread yang berlaku di lantai perdagangan tertentu. Sebagai contoh:
1. Volume perdagangan
Secara umum, volume perdagangan yang lebih tinggi menunjukkan pasar yang lebih likuid, yang menyiratkan spread bid-ask yang lebih rendah. Saat spread valuta asing berkurang, begitu pula perbedaan antara penilaian dealer dan pembeli dari mata uang tersebut. Oleh karena itu, dealer dapat lebih mudah menemukan pembeli dengan harga penawaran yang sama dengan harga permintaan mereka dan melanjutkan perdagangan.
Demikian pula, pembeli dapat dengan lebih mudah menemukan dealer yang bersedia menerima tawaran mereka untuk membeli mata uang dengan harga tertentu.
Spread valuta asing yang lebih tinggi biasanya menandakan volume perdagangan yang lebih rendah karena pembeli dan dealer memiliki kesulitan yang lebih besar untuk menemukan mitra dagang yang bersedia.
2. Risiko Ekonomi/Politik
Negara-negara yang mengalami iklim politik yang kacau atau ekonomi yang tidak stabil biasanya memiliki mata uang yang terkait dengan risiko tinggi. Perekonomian seperti itu biasanya memiliki tingkat inflasi yang cukup tinggi dan tidak memiliki pendekatan yang disiplin terhadap kebijakan moneter. Akibatnya, selisih kurs akan menjadi lebih besar. Ini karena dealer akan menganggap mata uang sebagai investasi berisiko tinggi, dan dengan demikian hanya akan menjual mata uang dengan harga premium. Pembeli berusaha membeli dengan harga diskon untuk mengkompensasi risiko yang lebih tinggi.
Dengan demikian, bid-ask spread akan melebar dan, sebagaimana dicatat, volume perdagangan akan menurun.
3. Volatilitas mata uang
Jika suatu mata uang tidak didukung oleh kebijakan moneter yang disiplin dan bank sentral yang stabil, mata uang tersebut biasanya lebih rentan terhadap perubahan nilai. Akibatnya, dealer akan mendorong harga ask lebih tinggi, yang pada gilirannya akan mendorong spread bid-ask ke atas.